1 konsep dasar profesi keguruan, 2) profesionalisme dan kode etik guru, 3) kompetensi guru, 4) kepribadian dan profesionalisme guru, 5) peran dan tugas dalam Jelaskan apa yang dimaksud dengan mgmp/kkg! Get Pertanyaan Tentang Pengembangan Profesi Guru Images Sebut dan jelaskan syarat menjadi guru menurut uu nomor 14 tahun 2005! Pertanyaan tentang profesi keguruan.
JawablahPertanyaan di Bawa ini dengan Tepat dan Benar! 1. Sebagai suatu lembaga, pendidikan diperlukan administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Bagaimana Anda menjelaskan pengertian dan konsep Administrasi pendidikan serta bagaimana fungsi Administrasi pendidikan. (Bobot 20%) 2.
Pendidikandan Profesi Keguruan UIN Sunan Ampel. Abdul Rochman Berbicara mengenai perkembangan profesi keguruan, maka terlebih dahulu ki PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN Oleh : Moch. Abdul Rochman Didalam kitab Al-qur'an yang mulia kata Manusia di sebut dalam beberapa jenis; الانسان, البشر, الناس, dan lain sebagainya
Lebihjauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis. Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai : 1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan; 2.
Gurumempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Secaraumum pendidik di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator. Sedangkan dalam UU No. 20 thn 2003 BAB XI Pendidik dan
a0mbSKD. Manajemen sekolah merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan out put, oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir " sistem " artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan. Tantangan lembaga pendidikan sekolah adalah mengejar ketinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam menghadapi persaingan global, terutama dari Sekolah Menengah Kejuruan dimana tamatan telah memperoleh bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai tenaga professional tingkat menengah hal ini sesuai dengan tuntunan Kurikulum SMK 2004. Tantangan ini akan dapat teratasi bila pengaruh kepemimpinen sekolah terkonsentrasi pada pencapaian sasaran dimaksud. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah disamping mengejar ketinggalan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas, hal-hal lain perlu diperhatikan Ciptakan keterbukaan dalam proses penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Ciptakan iklim kerja yang menyenangkan Berikan pengakuan dan penghargaan bagi personil yang berprestasi Tunjukan keteladanan Terapkan fungsi-fungsi manajemen dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti PerencanaanPengorganisasian Penentuan staff atas dasar kemampuan, kesanggupan dan kemauan Berikan bimbingan dan pembinaan kearah yang menuju kepada pencapaian tujuan Adalah kontrol terhadap semua kegiatan penyimpangan sekecil apapun dapat ditemukan sehingga cepat teratasi Adakan penilaian terhadap semua program untuk mengukurkeberhasilan serta menemukan cara untuk mengatasi kegagalan.
EOEKEB EHJGJYXVEYJ OD^DGHJHJOEG HEKE ^VACDYJ ODLTVTEG Hjemuoeg ugtuo `d`dgubj sekeb setu tules `ete oukjeb ^racdsj Odpdghjhjoeg Hasdg ^dgle`pu= Gavjtewetj, Y. ^sj Hjsusug Akdb= erjyege E5D9>6 Xagy Jspjbegj E5D9>3 Ehj Vuseghy E5D9> Behjetuk Besegeb E5D9>> OEXE ^DGLEGXEV Ekbe`hukjkkebbjreffjkeke`jg, sdleke pumj heg syuour odbehjret Ekkeb Y\X yegl tdkeb `dkj`peboeg reb`et, teucjo heg bjheyeb-Gye sdbjglle pdgukjs hepet `dgydkdsejoeg `eoekeb yegl fdrmuhuk ‛E h`jgjstresj Odpdghjhjoeg heke` ^racdsj Odlurueg‐ jgj hdgleg fejo heg fdger sdrte tdpet weotu. eoekeb jgj hjsusug sdfelej tjgheo kegmut herj tules yegl hjfdrjoeg pehe `ete oukjeb ^racdsj Odpdghjhjoeg ^dgukjs mule `dgluiepoeg tdrj`e oesjb odpehe hasdg `ete oukjeb ^racdsj Odpdghjhjoeg Jfu Gavjtewetj, Y. ^sj etes fegtueg heg fj`fjgleggye heke` pd`fueteg `eoekeb jgj. Xeo kupe mule pdgukjs `dgluiepoeg tdrj`e oesjb yegl sdfdser-fdsergye odpehe td`eg-td`eg yegl tdkeb jout `d`fegtu heke` pd`fueteg `eoekeb jgj. ^dgukjs seglet `dgyeherj febwe heke` pdgyusugeg `eoekb jgj `esjb fegyeo tdrhepet odouregleg heg odmegllekeg, bek tdrsdfut hjoerdgeoeg oureglgye pdgldtebueg heg odtdre`pjkeg yegl hj`jkjoj pdgukjs. Akdb oerdge jtu, hd`j odsd`purgeeg kepareg pdgukjs `dglberepoeg sereg heg orjtjo yegl `d`feglug herj fdrfelej pjbeo eler pdgukjs hepet `dgyd`purgeoeg kepareg kejggye hj`ese yegl eoeg hetegl. Eobjrgye pdgukjs fdrberep sd`ale kepareg jgj hepet hjtdrj`e heg fdr`egceet felj ojte sd`ue fejo hj`ese sdoeregl `eupug hj`ese yegl eoeg hetegl. Fegmerferu, 3 Aotafdr 6>> ^dgukjs Odka`pao 2 HECXEV JYJ Oete ^dglegter ................................................................................................. j Hecter jsj .................................................................................................... jj FEF J ^DGHEBTKTEG ................................................................................ 5 E. Keter Fdkeoegl ............................................................................ 5 F. ^dru`useg esekeb .................................................................... 6 I. Xumueg ^dgukjseg ......................................................................... 6 H. dtahd ^dgukjseg ........................................................................ 6 FEF JJ Eh`gjstresj Odpdghjhjoeg heke` ^racdsj Odlurueg .......................... 9 E. ^dgldrtjeg heg Oagsdp Eh`jgjstresj Odpdghjhjoeg .................. 9 F. Cuglsj Eh`jgjstresj Odpdghjhjoeg ............................................ 2 I. Kjgloup Fjhegl Lerepeg Eh`gjstresj ^dghjhjoeg ................... 56 H. ^dregeg Luru heke` Eh`jgjstresj ^dghjhjoeg ........................... 58 FEF JJJ ^DGTXT^ ......................................................................................... 54 E. Odsj`pukeg ................................................................................. 54 F. Yereg-Yereg ................................................................................. 54 Hecter ^usteoe .................................................................................................. 53
BAB IPENDAHULUANLatar Belakang Administrasi pendidikan seringkali disalahartikan sebagai semata-mata ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwa pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekedar itu. Administrasi pendidikan tidak begitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culberston 1982 mengatakan bahwa Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikanRumusan Masalah Menjelaskan pengertian administrasi pendidikan?Menjelaskan konsep administrasi pendidikan?BAB IIADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUANPengertian Administrasi Pendidikan Administrasi pendidikan seringkali di salah artikan sebagai semata-mata ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwa pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekedar itu. Mendefinisikan administrasi pendidikan tidak begitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas. Culberston 1982 mengatakan bahwa Schwab pada tahun enam puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya administrasi pendidikan sebagai ilmu. Ia memperkirakan bahwa ada sekitar masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi pendidikan. Angka ini ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada kaitannya dengan administrasi pendidikan, seperti masyarakat, sekolah, guru, murid, orang tua dan variabel yang berhubungan dengan satu cara yang dapat kita tempuh adalah meninjaunya dari keadaan fisik manusia itu. Kita dapat melihat bagian-bagian tubuhnya, struktur tulangnya, peredaran darahnya, susunan menggunakan analogi pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan dengan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya kita dapat memahaminya dengan lebih administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidikan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan mana yang dimaksud. Tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerjasama dalam mendidikan misalnya, terdapat tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan pendidikan disekolah itu diperlukan kerjasama di antara semua personel sekolah guru, murid, kepala sekolah, staf tata usaha dan orang di luar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah orang tua, kepala kantor Departemen P dan K, dokter Puskesmas, dan lain-lain. Kerjasama dalam menyelenggarakan sekolah itu harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut memberikan sumbangannya secara administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemantauan dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, beberapa lama, beberapa orang yang diperlukan dan beberapa banyak biayanya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerjasama pendidikan mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakannya saja, tetapi menuruti aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu tetap melalui “jalur” yang telah ditetapkan, tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan terjadinya pengarahan, suatu kerjasama juga memerlukan proses pemantauan monitoring, yaitu suatu kegiatan untuk mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksanaan itu. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atau data dalam menetapkan apakah tujuan tercapai atau tidak. Dengan perkataan lain, kegiatan pemantauan atau monitoring adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang penyeleggaraan suatu proses pencapaian kerjasama pendidikan itu akhirnya harus dinilai untuk melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai, dan kalau tidak apakah hambatan-hambatannya. Penilaian ini dapat berubah penilaian proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi ini kelihatannya sulit, tetapi sebenarnya tidak demikian. Sekolah dasar itu merupakan suatu keseluruhan yang memproses murid menjadi lulusan. Dalam melihat sekolah itu sebagai suatu sistem kita harus melihat; a masukannya, yaitu bahan mentah yang berasal dari luar sistem lingkungan yang akan diolah sistem; dalam sistem sekolah dasar masukan ini adalah anak-anak yang masuk sekolah dasar itu; b prosesnya, yaitu kegiatan sekolah beserta aparatnya untuk mengolah masukan menjadi keluaran. Untuk melaksanakan proses ini harus ada sumber, baik tenaga, saran dan prasarana, uang maupun waktu. Sumber ini seringkali dinamakan masukan instrumental; dan c keluaran, yakni masukan yang telah diolah’ melalui proses tertentu. Dalam hal ini berupa lulusan akan sangat tergantung kepada mutu masukan, masukan instrumental, dan proses itu sendiri. Dengan demikian kemampuan awal murid, latar belakang murid, keadaan orang tua murid sebagai sebagai masukan mentah. Mutu itu juga sangat tergantung kepada mutu guru, mutu sarana dan prasarana, mutu dan iklim kerjasama diantara guru dengan murid, guru dengan guru, serta guru dengan kepala sekolah, sebagai masukan kita melihat administrasi pendidikan sebagai sistem, maka kita berusaha melihat bagian-bagian sistem itu serta interaksinya satu sama lain. Bagian-bagian itu sering juga disebut dengan administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika administrasi dilihat dari sudut lain, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan itu sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang, sarana dan prasarana maupun waktu. Upaya harus dicari dalam memanfaatkan sumber yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Seringkali saran dan prasarana yang ada dalam proses belajar mengajar, belum dimanfaatkan secara baik seperti buku paket atau bantuan alat-alat seperti mikroskop di sekolah hanya menjadi pajangan administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana dengan kemampuan yang dimiliki administrator pendidikan itu, ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing ngarso mangun karso dan ing ngarso sung tulodo” dalam pencapaian tuuan pendidikan. Dengan perkataan lain bagaimana ia menggerakan dan mengawasi, bekerjasama-sama dan memberi contoh. Sudah barang tentu administrator yang ingin berhasil harus memahami teori dan praktek kepemimpinan, serta mampu dan mau untuk melaksanakan pengetahuan dan kemauannya administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan yang mudah. Setiap saat kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap saat administrator dihadapkan kepada bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu. Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan kemampuan dalam mengambil keputusan, yaitu memilih kemungkinan tindakan yang terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Setiap guru harus mengambil keputusan apa yang terbaik bagi muridnya. Karena mengambil keputusan selalu ada resikonya, maka guru harus mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang baik. Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang dapat menuntut pengambilan keputusan pendidikan yang administrasi pendidikan juga dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan, dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain. Jika dalam kerjasama pendidikan tidak ada komunikasi, maka orang yang bekerjasama itu saling tidak mengetahui apa yang dikerjakan atau apa yang dimaui teman sekerjanya. Bila hal itu terjadi, sebenarnya kerjasama itu tidak ada dan oleh karena itu administrasi pun tidak administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intiny adalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu salah, karena setiap aspek kegiatan administrasi dengan pengertian di atas, selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang perlu diingat, kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian administrasi dalam arti seperti yang dipaparkan pada butir-butir satu sampai tujuh di Administrasi Pendidikan Untuk memahami konsep-konsep tentang dan yang erat hubungannya dengan administrasi pendidikan di sekolah kita perlu menelusuri konsep sistem pendidikan nasional, dan sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional pendidikan nasional Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem pendidikan nasional adalah dengan membaca definisi sistem pendidikan nasional itu dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Supaya otentik dan tidak keliru, maka didalam undang-undang pasal 1 ayat 3 yang berbunyi“Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional”Dalam penjelasan undang-undang tersebut dikemukakan bahwa sebutan “sistem pendidikan nasional” merupakan perluasan dari pengertian sistem pengajaran nasional’ yang termaktub dalam undang-undang dasar 1945, pasal 31 ayat 2. Perluasan ini memungkinkan undang-undang nomor 2 tahun 1989 tidak membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas kepada masalah yang berhubungan dengan pembentukan manusia Indonesia. Sistem pendidikan nasional dalam undang-undang itu adalah; a sistem pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita nasional; b sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh dan terpadu; c pengelolaan sistem pendidikan nasional adalah tanggung jawab menteri P dan K UUSPN No. 2/89 Pasal 49. Dari pengertian itu dapat dikemukakan unsur-unsur penting dalam sistem pendidikan sebagai titik tolak pembahasan yaitu; sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan, satuan pendidikan adalah lembaga kegiatan belajar-mengajar yang dapat mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam bangunan tertentu atau IIIKESIMPULANDari uraian tersebut pengertian administrasi pendidikan itu, tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian saja. Administrasi pendidikan mempunyai banyak muka dimensi maka dari pada itu administrasi pendidikan merupakan satuan pendidikan seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah perguruan tinggi, serta kursus-kursus dan ada pula administrasi pendidikan yang dilihat dari cakupan wilayah, yaitu tingkat kecamatan, kabupaten, provensi dan nasional pusat perhatian administrasi pendidikan pada tingkat sekolah yaitu sekolah PUSTAKAAbimayu, Sole dkk. 1994. Profesi Keguruan. Bagian Penerbitan Fakultas IKIP. Ujung Muhammad. 1987. Guru dalam Profesi Belajar Mengajar. Sinar Baru Belajar dan Mengajar. PT. Bina Aksara Jakarta.
0% found this document useful 0 votes63 views21 pagesDescriptionTugas Administrasi PendidikanOriginal Title[Kelompok 7] Administrasi Pendidikan Dalam Profesi KeguruanCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes63 views21 pagesKelompok 7 Administrasi Pendidikan Dalam Profesi KeguruanOriginal Title[Kelompok 7] Administrasi Pendidikan Dalam Profesi KeguruanJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
80% found this document useful 5 votes3K views19 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?80% found this document useful 5 votes3K views19 pagesAdministrasi Pendidikan Dalam Profesi KeguruanJump to Page You are on page 1of 19 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 17 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
pertanyaan tentang administrasi pendidikan dalam profesi keguruan