selamatmenyaksikan & semoga bermanfaatinstagram
HabibSalim bin Ahmad bin Jindan seorang ulama yang diakui keilmuannya. Meski dari sisi nasab dia seorang ahlul bait keturunan dari Hadramaut (Yaman), namun dia termasuk habib yang mencintai tanah kelahirannya, Indonesia. Seperti diberitakan nu.or.id, Habib Ahmad bin Novel bin Salim Jindan menyebutkan riwayat kakeknya (Habib Salim bin
BekalTerbaik Agar Selamat Dari Siksa Kubur - Syekh Ali Jaber | Dakwah Milenial. ° Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan adalah da'i, ulama, dan pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang, Banten. Beliau adalah cucu dari Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, seorang pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk "Singa Podium
1000 WIB Masjid Luar Batang dan Ziarah makam Al Habib Husin bin Abubakar Alaydrus 16.00 WIB Maulid dan haul Habib Salim bin Jindan, Jl. Otista Raya [Ashar berjamaah] 30 Rabiul Awal 1431/16 Maret 2010 09.30 WIB Habib Alwi bin Abdullah Alatas, Masjid Futuhat At Thosiah – Bulak Kapal Bekasi Timur 2 Rabiul Akhir 1431/18 Maret 2010
Merekaitu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis
habibjindan #habibjindanbinnovel #mukhtarulahadits #alfachriyah #habibumarbinhafidz #tarim #MRBJTV #mrbjtangsel #MRBJTvLIVEstreaming 🔴 LIVE DELAY | HABI
3M6q9Oh. - Sebelum direlokasi, Kawasan Kwitang terkenal sebagai pusat penjualan buku-buku tua di Jakarta. Pamornya kian menanjak setelah film Ada Apa Dengan Cinta? mengambil salah satu adegan di kawasan Senen tersebut. Tapi Kwitang bukan cuma tentang buku loak dan film remaja. Salah satu kawasan di Jakarta Pusat ini juga dikenal sebagai tujuan wisata religius penting bagi para peziarah. Reputasi Kwitang sebagai kawasan religius tak terlepas dari keberadaan makam Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi. Terletak di lingkungan Masjid Al-Riyadh, Jalan Kembang VI, makam tersebut telah menjadi magnet beragam orang dari pelbagai daerah untuk bertandang ke sana selama puluhan tahun.“Di Jakarta yang mesti diziarahi di sini,” kata Nasrun, seorang peziarah asal Banjarmasin, Kalimantan Barat, akhir Mei telah melipat petang saat Nasrun datang. Bersama 12 saudara dan tetangganya, Nasrun khusyuk berdoa di makam Habib Ali. Ia mengecup nisan saat hendak meninggalkan makam. Nasrun berkata ia sudah berulangkali berziarah ke sini. “Beliau ulama yang disegani. Beliau punya kasih sayang terhadap sesama muslim,” Nasrun, Habib Ali adalah panutan. Nasrun berharap, dengan berziarah, ia bisa mengikuti jejak dakwah Habib Ali. “Kami datang ke sini mudah-mudahan bisa mengikuti jejak beliau,” ujarnya, menambahkan bahwa ia selalu merasa kangen untuk Ali lahir di Jakarta pada 20 April 1879. Ia adalah salah satu tokoh penting dalam siar Islam di Jakarta pada abad 20. Salah satu peran Habib Ali adalah mendirikan Masjid Al-Riyadh. Di masjid ini Habib Ali menggelar majelis taklim atau tempat mengaji bagi murid-muridnya maupun penduduk sekitar. Sejumlah murid Habib Ali kelak menjadi ulama kharismatik di tanah Betawi seperti Abdullah Syafi’i pendiri Majelis Taklim As Syafi’iyah, Thahir Rohili pendiri Majelis Taklim Attahiriyah, dan Fathullah Harun Melis Taklim Daarussalafie. Ia juga berdakwah hingga ke Brunei Darussalam, India, Malaysia, Pakistan, Singapura, dan Sri Lanka. Baca Habib Kwitang, Baswedan, dan Menantu Mualaf Ketika perang kemerdekaan berkecamuk, Masjid Al-Riyadh sempat digunakan sebagai tempat pertemuan para pejuang kemerdekaan. Hal ini tidak mengherankan. Sebab, selain dikenal sebagai juru dakwah, Habib Ali juga pejuang yang tergabung dalam tentara Hizbullah, Suara Jakarta, dan teman dekat Sukarno. Presiden pertama Indonesia itu bahkan turut meresmikan Islamic Center yang didirikan Habib Ali di dekat lokasi masjid pada 1960-an. Pada 1968, Habib Ali meninggal dan dimakamkan di area Masjid Ar-Riyadh. Majelis taklim yang ia inisiasi masih bertahan sampai sekarang. Ribuan orang datang untuk mengikuti pengajian tersebut saban Ahad. Makam Habib Ali juga tidak pernah sepi peziarah. Saban hari, tak peduli pagi, siang, sore, dan malam, ada saja peziarah datang silih berganti. Salah satu yang membuat sosok Habib Ali begitu dicintai adalah siar ceramahnya mengenai ketauhidan serta menekankan tingkah laku yang terpuji dan solidaritas penjaga makam, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan peziarah tidak hanya datang dari Jakarta dan sekitarnya, tapi juga dari mancanegara. “Ada yang datang dari Malaysia, Singapura, Brunei, India, Timur Tengah,” ini makam dan majelis taklim Habib Ali dikelola oleh cucunya, yakni Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al Habsyi. Susilo Bambang Yudhoyono diketahui bersahabat dan senang berkunjung ke kediaman Habib Abdurrahman persis di sisi masjid. Keluarga Habib Abdurrahman mempersilahkan peziarah berdoa di makam. Tapi melarang mereka membakar kemenyan, menyiram makam dengan air, dan meletakkan uang di makam. Segala hal tersebut menurut penjaga makam dilakukan guna mencegah kesyirikan terhadap makam. Habib Kuncung Bergeser ke kawasan Jakarta Selatan ada kompleks pemakaman keramat Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad alias Habib Kuncung. Kompleks pemakaman ini merupakan tanah milik Habib Abdullah bin Ja’far Al Haddad, kolega Habib Kuncung. Tidak diketahui pasti kapan area pemakaman di sini mulai ada. Tapi sejumlah catatan menyebut Habib Kuncung meninggal pada 1926 dalam usia dengan Habib Ali, sosok Habib Kuncung lebih banyak diselubungi cerita mitos. Reputasinya dibentuk lewat cerita tentang kesederhanaan, kedermawanan, dan kesaktian. Meski cerita tentang kesaktian Habib Kuncung sukar dibuktikan kebenarannya, tetapi hal itulah yang justru membuat para peziarah meyakini bahwa Habib Kuncung ialah Waliyullah. Sejumlah peziarah bahkan rela mengeluarkan biaya ekstra demi bisa datang ke sini. “Saya dari Tambun Rengas, Cakung, Jakarta Timur, datang ke sini pakai mobil sewaan,” kata Jadidah, seorang berkata sudah berziarah ke makam Habib Kuncung sejak masih kecil. Tradisi ziarah sudah diajarkan oleh orangtua dan para guru mengajinya. Bagi Jadidah, cerita kesaktian Habib Kuncung ialah berkah yang dimilikinya sebagai Wali Allah sekaligus keturunan Nabi satu alasan utama mengapa seseorang berziarah adalah untuk berdoa. Jadidah dan peziarah lain yang saya temui meyakini berdoa di makam seorang habib, wali, atau orang yang memiliki reputasi kesalehan, dapat membuat doa lebih mudah terkabul. “Wali Allah itu, kan, setitik pun tidak ada dosa. Surganya sudah dijamin sama Allah. Makanya kita deketin, tuh. Nanti dengan doa beliau, doa kita diijabah langsung,” kata begitu, Jadidah dan peziarah lain mengatakan mereka tidak pernah berdoa atau memohon kepada makam. Menurutnya makam sebatas perantara. “Semua kita sih mintanya kepada Allah. Kita, kan, orang yang maha kotor. Dia, kan, bersih,” tambah makam Habib Kuncung, para peziarah biasanya tidak hanya berdoa. Kebanyakan juga mencari air minum yang disimpan di dalam tiga buah gentong. Meski air yang diminum sebenarnya hanya air biasa, tetapi peziarah percaya air itu mengandung berkah karena disimpan di dalam gentong yang telah ada sejak area pemakaman Habib Kuncung berdiri. Pemakaman yang selalu ramai peziarah ini sekarang dikelola oleh keturunan Habib Abdullah bin Ja’far Al pernah menurunkan serial laporan khusus mengenai seluk-beluk dan silsilah para keturunan Rasulullah di Indonesia. Sila baca Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib Habib Muhsin Condet Di kawasan Condet, Cililitan, ada kompleks pemakaman Al-Hawi. Sejumlah habib kharismatik dimakamkan di sini seperti Habib Muhsin bin Muhammad Alatas, Habib Zain bin Abdullah Alaydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, dan Habib Umar bin Hud pemakaman Al-Hawi selalu ramai pada bulan Syakban. Orang Betawi menyebutnya bulan ruwah. Orang-orang dari pelbagai daerah datang untuk berziarah. “Ada dari Kalimantan, Malaysia, Singapura,” kata Muhsin Alatas, cicit Habib berkata bahwa kakek buyutnya bukanlah seorang juru dakwah dan tidak memiliki satu pun majelis taklim. Namun, sang kakek diketahui senang mengaji agama kepada sejumlah habib tenar di Jakarta dan sekitarnya. Salah satunya kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas di bilangan Empang, hidupnya Habib Muhsin dikenal dengan kesalehan sosial yang mau membantu siapa pun. Muhsin mengatakan, biasanya orang-orang datang kepada kakek buyutnya untuk berobat. Meski tidak memiliki rekam jejak ilmu pengobatan, orang-orang percaya bahwa air pemberian Habib Muhsin menyembuhkan penyakit. Tidak diketahui pasti kapan kompleks pemakaman Al-Hawi di Jakarta Timur ini berdiri. Namun Muhsin mengatakan kakek buyutnya adalah orang pertama yang dimakamkan di sini. “Meninggalnya 1938. Saya belum lahir,” katanya. Baca Dari Pekojan ke Condet, Orang Hadrami di Jakarta Abdul Azis, peziarah asal Sukabumi, berkata sudah berziarah ke Kompleks Makam Al-Hawi sejak kecil. “Kalau ke Jakarta diajak ziarah ke sini. Kadang ke Kalibata makam Habib Kuncung, Kwitang makam Habib Ali, Kampung Banda, dan Luar Batang,” tidak memiliki hari atau alasan khusus untuk berziarah. Kapan hati memanggil saat itulah kakinya akan melangkah. Ia bisa menghabiskan tiga jam untuk berdoa di tempat ziarah. Biasanya Aziz banyak membaca istigfar dan salawat. Seperti kebanyakan peziarah lain, Aziz percaya bahwa orang-orang saleh meski telah meninggal masih bisa memberi manfaat kepada mereka yang masih hidup. Salah satu manfaat itu adalah keberkahan. “Pada dasarnya kita mengambil berkah saja. Orang saleh walau meninggal sebenarnya tidak meninggal,” katanya. - Indepth Reporter Jay AkbarPenulis Jay AkbarEditor Fahri Salam
Rasulullah bersabda dalam salah satu haditsnyaكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi sekarang berziarahlah kalian,” HR. Muslim.Karena itu, ziarah menjadi sebuah tradisi laku spiritual bagi umat Islam dari masa ke masa hingga sekarang. Tuntunan Rasulullah SAW ini dijadikan pedoman untuk mendapatkan barokah, mengingatkan diri pada akhirat dan mengenalkan pentingnya mengetahui jalur nasab. Di semua wilayah Pulau di Indonesia, terdapat banyak makam orang – orang besar sebagai tempat tujuan para penggemar laku ziarah, terutama di pulau Jawa. Hampir di setiap kota di Pulau Jawa, terdapat lokasi ziarah yang selalu ramai dikunjungi, begitu juga di merupakan kota metropolitan dimana orang – orang dari berbagai suku hidup berdampingan dan damai. Jakarta yang sedemikian sesak ternyata menyimpan beberapa lokasi ziarah yang selalu ramai ini beberapa lokasi ziarah di JakartaTEMPAT ZIARAH DI JAKARTADimana sajakah lokasi ziarah di Jakarta yang mudah ditemukan dan ditempuh dalam satu hari perjalanan? Ini dia lokasi ziarah di Jakarta favorit para penggemar barokah para wali.1. MAKAM MBAH PRIOKMakam Mbah Priok ini terletak di dalam kawasan Makam Kramat Koja, merupakan salah satu tempat ziarah di Jakarta yang paling banyak di kunjungi dalam sehari – harinya, apalagi semenjak di renovasi oleh Pemkot DKI Jakarta menjadi lebih bagus dan tertata Mbah Priok, foto MAKAM LUAR BATANGMasjid Jami Keramat Luar Batang atau juga populer dengan sebutan Masjid Luar Batang adalah sebuah bangunan ibadah bersejarah yang berada di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus atau lebih dikenal dengan Habib Husein’ atau Habib Luar tampak depan makam Mbah PriokKOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN3. MAKAM AL HAWI CONDETMakam ini terletak di kawasan Condet, Jakarta Timur, yang berada dalam sebuah kompleks makam para ulama dan habib terkenal. Sejumlah Habib karismatik yang dimakamkan di sana, antara lain, Habib Zain bin Abdullah Alaydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, dan Habib Umar bin Hud MAKAM PANGERAN JAYAKARTAMakam Pangeran Jayakarta bersebelahan dengan Masjid As Salafiah, tepatnya di Jalan Jatinegara Kaum. Memasuki kawasan masjid, pengunjung akan melihat sebuah pendopo. Di pendopo yang berukuran 10×10 meter ini, terdapat lima makam. Salah satu makam tersebut merupakan makam Pangeran Jayakarta. Makam ini dapat dikenali dari tulisan Achmad Jacetra pada batu nisannya. Sementara di sebelahnya, terdapat makam Pangeran Lahut yang merupakan putera dari Pangeran Achmad MAKAM HABIB ALI KWITANGMakam habib Ali Kwitang ini terdapat di dalam masjid Kwitang yang berada tepat di dalam kota Jakarta, dekat dengan Tugu Tani dan Gambir. Dijuluki Habib Ali Kwitang karena rumah dan makamnya terletak di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Makam Habib Ali Kwitang salah satu tujuan favorit tempat ziarah di KAMPUNG BANDANAda tiga makam di sekitar Masjid Al-Mukarramah, Kampung Bandan, di tepi Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Ini adalah makam Habib Muhammad bin Umar Al-Qudsi wafat 23 Muharam 1118 H/1698 M, Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi wafat 15 Ramadan 1122 H/1702 M.Dan Habib Abdurahman bin Alwi Asy-Syathri wafat 18 Muharam 1326 H/1906 M, pendiri Masjid Al-Mukarramah. Masjid yang berdiri di tanah seluas 700 meter persegi itu teduh, karena dikelilingi pepohonan yang rimbun. Namun, karena masjid tidak memiliki lahan parkir yang luas, para jemaah harus parkir di tepi Jalan ini merupakan salah satu yang tertua di TATANG GURITNO7. HABIB KUNCUNG KALIBATAMasjid At Taubah Pancoran, berdiri dengan begitu kokoh di dekat pusat keramaian kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Meski begitu, suasana terasa begitu asri dengan banyaknya pohon berdiri di sekitar masjid. Masjid At Taubah yang terletak di Jalan Rawajati Timur II Kelurahan Rawajati Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan ini memang kerap dikunjungi peziarah. Ini lantaran di kompleks masjid itu terdapat makam seorang ulama terkenal, Habib Ahmad bin Alwi Al Hadad atau Habib by Ensklopedia JakartaIngin Berziarah?Mengunjungi makam-makam keramat sebagai tempat ziarah di Jakarta, bisa dilakukan dalam satu hari perjalanan. Mengambil waktu dari pukul wib akan bisa selesai pukul wib bila diasumsikan setiap tempat memerlukan waktu 1 jam ziarah untuk berdoa. Seperti banyak dilakukan oleh para peziarah pada ada kendala bagi rombongan pengunjung tempat ziarah di Jakarta bila menggunakan bus pariwisata dengan ukuran lebih dari 20 penumpang. Mengunjungi atau berziarah ke tempat keramat di jakarta akan lebih mudah menggunakan mikrobus seperti toyota hiace commuter atau isuzu elf long. Ini dikarenakan kondisi lingkungan tempat ziarah di Jakarta yang rata – rata padat. Peziarah harus memarkir bus besarnya di tempat yang lumayan jauh dan kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki, namun tidak bila menggunakan toyota hiace commuter atau isuzu elf long. Peziarah bisa mendekati makam dengan melakukan perjalanan ke tempat ziarah di Jakarta? Anda bisa segera menghubungi Cipendawa rent, siap memberikan layanan sewa mobil dan bus luxury untuk perjalanan dalam kota maupun luar kota. Saluran telpon layanan pelanggan respon cepat dibawah ini• 08170079567 telp & WA• 08158109567 telp & WA• 08118809567 telp & WAAtau bila ingin berdiskusi melalui email• [email protected]• [email protected]Juga bisa melalui formulir pemesanan di halaman kontak kami.
Browser Antum tidak mendukung elemen audio. Jadwal LIVE AUDIO STREAMING PENGAJIAN AL HABIB AHMAD BIN NOVEL BIN JINDAN Jadwal Pengajian Rutin Habib Ahmad bin Novel bin Jindan Pengajian setiap selasa malam rabu jam pembacaan kitab Risalah Al Mu’awanah di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk Laki dan Prempuan dan live audio streming Majelis Imamul Haddad pengajian bulanan setiap Sabtu keempat jam pembacaan kitab Nashoih Diniyah di Masjid Maqom Kramat Habib Kuncung kali Bata untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu Pertama jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di beberapa tempat yang berpindah-pindah untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu kedua jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Qubbah Maqom Kramat Al Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi Cikini untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu ketiga jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Masjid Jami’ Al Makmur Tanah Abang untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu Keempat jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Masjid At Taubah Makam Kramat Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad Habib Kuncung untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu kelima jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di beberapa tempat yang berpindah-pindah untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Jalsatul Itsnain Majelis setiap Malam Selasa jam pembacaan kitab risalah Al Jamiah di Masjid Al Munawar Pancoran untuk Laki dan perempuan dan live audio streaming Dengarkan melalui Radio Al Fachriyah iPhone dan Android BB Pengajian setiap sabtu sore jam pembacaan kitab Al Mukhtar minal Anwar di wakaf Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan Otista Raya JakTim khusus Laki2 dan live audio streaming Dengarkan melalui Daarussalafie iPhone dan Android BB
Kompas TV cerita ramadan tradisi Sabtu, 2 April 2022 0525 WIB Makam Mbah Priok di Jakarta Utara, salah satu tempat ziarah ulama yang paling sering dikunjungi peziarah saat Ramadan Sumber Dhoni Setiawan/Kompas JAKARTA, - Jakarta yang sedemikian sesak ternyata menyimpan beberapa lokasi ziarah yang selalu ramai dikunjungi. Berikut ini merupakan makam-makam ulama bersejarah Jakarta sebagai wisata religi jelang atau selama Ramadan. Bagi masyarakat muslim, selain berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal dunia, mengunjungi makam ulama adalah bagian dari tradisi khususnya jelang atau selama Ramadan. Hal ini lantaran, para peziarah ingin mengenang jasa-jara para ulama terdahulu yang menyebarkan ilmu dan Islam. Selain itu juga ingin mendapatkan berkah dari para ulama ini. Makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara Makam Mbah Priok ini terletak di dalam kawasan Makam Kramat Koja, merupakan salah satu tempat ziarah di Jakarta yang banyak dikunjungi peziarah jelang atau selama Ramadan. Mbah Priok memiliki nama asli Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Ia lahir di Palembang tahun 1727 dan merupakan ulama legendaris yang dihormati dan makamnya banyak dikunjungi para peziarah. Baca Juga Masjid Tua Al Mubarok, Saksi Bisu Kota Jakarta Berusia 495 Tahun Makam Luar Batang, Jakarta Utara Masjid Jami Keramat Luar Batang atau juga populer dengan sebutan Masjid Luar Batang. Tempat ini merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi di Jakarta. Tempat ini juga termasuk tempat wisata religi di Jakarta dan meruapakan sebuah bangunan ibadah bersejarah yang berada di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus atau lebih dikenal dengan Habib Husein’ atau Habib Luar Batang. Baca Juga Sosok Habib Ali Kwitang, Ulama Berpengaruh di Tanah Betawi Makam Habib Ali di Kwitang, Jakarta Pusat Makam habib Ali Kwitang ini terdapat di dalam masjid Kwitang yang berada tepat di dalam kota Jakarta, dekat dengan Tugu Tani dan Gambir. Dijuluki Habib Ali Kwitang karena rumah dan makamnya terletak di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Makam Habib Ali Kwitang salah satu tujuan favorit tempat ziarah di Jakarta. Muridnya juga tersebar di banyak tempat di Jakarta. Makam Habib Kuncung di Kalibata, Jakarta Selatan Masjid At Taubah Pancoran, berdiri dengan begitu kokoh di dekat pusat keramaian kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Meski begitu, suasana terasa begitu asri dengan banyaknya pohon berdiri di sekitar masjid. Masjid At Taubah yang terletak di Jalan Rawajati Timur II Kelurahan Rawajati Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan ini memang kerap dikunjungi peziarah. Ini lantaran di kompleks masjid itu terdapat makam seorang ulama terkenal, Habib Ahmad bin Alwi Al Hadad atau Habib Kuncung. Baca Juga 5 Nama Ulama yang Diabadikan Jadi Nama Jalanan di DKI Jakarta Makam Al Hawi, Condet, Jakarta Timur Makam ini terletak di kawasan Condet, Jakarta Timur, yang berada dalam sebuah kompleks makam para ulama dan habib terkenal. Sejumlah habib karismatik yang dimakamkan di sana, antara lain Habib Zain bin Abdullah Alaydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, dan Habib Umar bin Hud Alatas. Selama pandemi dua tahun terakhir, tempat-tempat ziarah ulama di atas sedikit lebih sepi dari biasanya. Namun, diprediksi selama Ramadan 2022 kali ini akan kembali ramai dikunjungi peziarah dari banyak tempat di Indonesia usai dilonggarkannya aturan terkati Covid-19. Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA
OLEH HASANUL RIZQA Salah satu sifat Nabi Muhammad SAW ialah rendah hati. Beliau tidak pernah sama sekali menyombongkan diri, baik dalam ucapan, perbuatan, dan lain-lain. Statusnya yang mulia tidak mencegahnya untuk berbaur di tengah umat. Karakteristik tawaduk itu memancarkan keteladanan. Seorang alim yang begitu meneladan sifat tersebut ialah al-Habib Salim bin Djindan. Seperti tampak pada gelarnya, habib, tokoh kelahiran Kota Surabaya, Jawa Timur, itu merupakan keturunan Rasulullah SAW. Khususnya bagi masyarakat Muslim Betawi, reputasi Habib Salim sangat masyhur. Mereka menghormatinya sebagai seorang ulama besar. Bagaimanapun, sang mubaligh selalu konsisten mengikuti contoh Nabi SAW, termasuk dalam hal rendah hati. Dikisahkan, pernah ada seseorang yang ingin menuliskan sebuah buku autobiografi tentangnya. Orang ini pun berkesempatan menyampaikan maksudnya langsung kepada Habib Salim. Setelah mendengarkan penuturan si penulis, sayyid tersebut menyatakan penolakan. “Apa yang kalian lakukan? Menulis autobiografi saya, nantinya akan membuat anak cucu saya fakhr berbangga diri -Red,” ujarnya. Intinya, ulama yang telah menulis lebih dari 150 buku itu enggan dengan popularitas dan publikasi. Habib Salim kemudian meminta baik-baik naskah autobiografi itu dan merobek-robeknya, tanpa peduli pandangan si penulis yang menyatakan bahwa orang seperti dirinya perlu menerbitkan autobiografi agar jasa-jasanya diketahui khalayak umum. Habib Salim lahir pada 7 September 1906 M, atau bertepatan dengan 18 Rajab 1324 H. Nama lengkapnya adalah Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Sejak kecil, dirinya menerima pengajaran agama dari lingkungan keluarga serta masjid sekitar. Guru pertamanya ialah orang tua sendiri. Ayahnya, Habib Ahmad bin Djindan, menerapkan pola pendidikan yang penuh disiplin. Melalui bimbingannya, Salim kecil pun mencintai ilmu-ilmu agama. Di rumahnya yang besar, tidak hanya ada kedua orang tua, tetapi juga kakeknya dari garis ibu. Habib Ali bin Mushthafa—demikian namanya—juga sering mengajarkannya berbagai ilmu keislaman. Habib Ali merupakan murid dari Imam Ahmad bin Zaini Dahlan serta Habib Idrus bin Umar al-Habsyi. Pernah suatu ketika, di hadapan guru-gurunya itu kakek Habib Salim ini membacakan lebih dari 200 kitab untuk mendapatkan ijazah. Di rumah besar yang sama, wanita-wanita hebat nan salehah juga bermukim. Pertama-tama, ibunda Habib Salim sendiri, yaitu asy-Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa. Selain itu, kakak perempuannya yang bernama Khadijah pun tumbuh menjadi perempuan yang alim. Kelak, Muslimah ini menjadi istri seorang wali, al-Habib Ahmad bin Ghalib al-Hamid. Di luar keluarga, Salim yang masih berusia belia pun belajar kepada banyak guru. Di antaranya ialah Habib Abdullah bin Umar Assegaf serta Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, yang saat itu mengasuh Madrasah al-Khairiyah Surabaya. Salim muda mulai mengadakan rihlah intelektual saat usianya beranjak remaja. Seorang gurunya ialah Habib Abdullah bin Muhsin Alatas alias Habib Keramat Empang, yang makamnya terdapat di daerah Empang, Bogor, Jawa Barat. Salim muda mulai mengadakan rihlah intelektual saat usianya beranjak remaja. Seorang gurunya ialah Habib Abdullah bin Muhsin Alatas alias Habib Keramat Empang. Selain itu, yang juga menjadi gurunya ialah Habib Muhammad bin Muhammad Almachdor dari Bondowoso. Adapun dari Gresik, ulama tempatnya mengaji ialah Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Dengan begitu, sanad keilmuannya sampai pada Syaikhona KH Kholil Bangkalan, seorang yang disebut-sebut sebagai waliyullah. Kegigihan dan keikhlasannya dalam menuntut ilmu berbuah manis. Habib Salim lantas mendapatkan ijazah dari sejumlah ulama. Mereka mengakuinya sebagai seorang pakar dalam beberapa bidang, utamanya hadis dan sejarah. Ia pun digelari muhaddis ahli hadis dan bahkan musnid ahli sanad hadis. Dalam menguraikan suatu hadis, Habib Salim sangat fasih dan hafal sumber-sumbernya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis beberapa kali mengikuti kegiatan dakwahnya. Habib Salim sangat fasih dan hafal sumber-sumbernya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis beberapa kali mengikuti kegiatan dakwahnya. Inilah yang membuat orang kagum terhadap daya ingatnya yang demikian cemerlang. Sebagai seorang yang hormat kepada guru-gurunya yang selama bertahun-tahun dia tekuni, dia pun memberikan penghargaan yang tinggi pada mereka. Habib Salim pernah berkata, ''Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Sungguh dapat aku rasakan bahwa majelis mereka merupakan majelis para sahabat Rasulullah SAW di mana terdapat kekhusyukan, ketenangan, dan kharisma yang terpencar di hati mereka.'' Kendati sudah terkenal sebagai dai muda 17 tahun sewaktu di Surabaya, namanya makin berkibar saat hijrah ke Jakarta. Dalam masa remaja itu, dia juga berdakwah di kota-kota lain, seperti Pekalongan, Tegal, hingga Bogor, di samping membuka majelis taklim di kediamannya di Bidaracina kini Jl Otista, Jakarta Timur. Sikap tegas Di tengah kaum Muslimin, Habib Salim merupakan pribadi yang bersahaja, lemah lembut, serta tawadhu. Sebaliknya, sikap yang tegas dan bahkan cenderung keras ditunjukkannya kepada setiap kezaliman. Baginya, amar makruf nahi munkar adalah prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Pada zaman Presiden Sukarno, misalnya, ketegasannya terbuktikan. Seperti diceritakan Ibnu Umar Junior dalam risalah Fenomena Kramat Jati, seorang ajudan Bung Karno yang bernama Kolonel Sabur pernah berang kepada mubaligh tersebut. Sang dai dinilai telah melancarkan kritik-kritik kepada pemerintah. Termasuk dalam sebuah acara yang dihadiri proklamator RI itu di Palembang, Sumatra Selatan, pada 1957. “Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau Habib Salim berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, Teruuus',” tulis Ibnu Umar. Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau Habib Salim berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, Teruuus'. Sikap kritisnya itu direspons reaktif oleh penguasa. Tidak jarang, sang habib terpaksa melalui malam-malamnya di penjara. Pada zaman revolusi, dirinya pun lantang melawan kekuatan kolonial yang hendak menjajah lagi Indonesia. Waktu itu, Habib Salim sudah bergiat dakwah di Jakarta. Banyak jamaah pengajiannya yang berasal dari kalangan pemuda. Semangat mereka kian membara begitu mendengar pidato sang guru. NICA—tentara Belanda—terus berupaya memadamkan perjuangan sang mubaligh. Bahkan, Habib Salim sampai dipenjara. Bagaimanapun, ia tetap sabar dan pantang menyerah. Menurut sejarawan Alwi Shahab 1936-2020, Habib Salim adalah salah satu simpul dakwah yang sangat penting dalam sejarah masyarakat Betawi. Ia, bersama dengan Habib Ali Alhabsyi Kwitang dan Habib Ali bin Husin Alatas, dikenal sebagai tiga serangkai triumvirat dalam berdakwah. Alwi menambahkan, publik mengingat ciri khas Habib Ali, yakni cenderung kalem. Adapun Habib Ali Kwitang kerap mengingatkan kaum Muslimin tentang cinta Ilahi. Sementara, Habib Salim bin Djindan dengan suara yang menggebu-gebu kadang mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya berlawanan dengan ajaran Islam. Masih pada zaman Orde Lama, satu contoh ketegasannya terjadi tatkala Partai Komunis Indonesia PKI berjaya. Partai berlogo palu-arit ini sedang dekat dengan penguasa. Para kader dan simpatisannya terus menyerang dengan sentimen anti-Islam. Habib Salim senantiasa berada di garda depan untuk melawan propaganda komunis. Padahal, waktu itu PKI sedang kuat-kuatnya. Berbagai ancaman tidak dipedulikannya. Sebab, yang terpenting ialah marwah agama Islam. Tak letih-letihnya sang habib mengingatkan umat Islam akan bahaya besar bila komunis berkuasa di Tanah Air. Habib Salim senantiasa berada di garda depan untuk melawan propaganda komunis. Habib Salim terkenal sebagai ulama yang tegas dan keras, terutama terhadap hal-hal kemaksiatan. Ia juga sering kali mengingatkan umat akan kerusakan moral. Kepada kaum wanita, Habib mengingatkan mereka agar memerhatikan cara berpakaian dan menutup aurat. "Jagalah wanita-wanita kalian. Peringatkan anak-anak dan istrimu agar menjaga aurat mereka. Karena, penyakit tabarruj memamerkan aurat bisa menyebar ke rumah-rumah kalian," kata Habib Salim. Dalam buku 12 Habaib Berpengaruh, Habib Salim berkata kepada keluarganya, "Aku mengharapkan datangnya kematian. Karena, aku menginginkan perjumpaan dengan orang-orang yang aku cintai. Mereka adalah para ulama dan salihin dan aku mengharapkan berkumpul bersama ajdad para leluhurku dan bersama datukku, Muhammad Rasulullah." Pada 16 Rabiul Awwal 1389 H bertepatan 1 Juni 1969 M, singa podium itu wafat. Ribuan umat Islam dari berbagai pelosok Jabodetabek bertakziah ke kediamannya di Otista Jalan Otto Iskandardinata. Umat Islam pun merasa kehilangan dengan kepergian sang ulama. Estafet dakwah diteruskan kedua putra almarhum, yakni Habib Shahahuddin dan Habib Novel. Yang terakhir itu membuka sebuah majelis taklim di Larangan, Tangerang, Banten. Sepeninggalannya, kini forum ilmu agama tersebut dilanjutkan oleh kedua putranya, Habib Jindan bin Novel dan Habib Muhammad. Singa Podium yang Prolifik Habib Salim bin Djindan berdakwah dengan lisannya yang tajam. Dalam arti, ia tidak pernah ragu bersuara melawan kezaliman, baik pada masa sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka. Karena itu, beberapa kali dirinya merasakan sebagai tahanan di balik jeruji penjara. Penguasa mungkin bisa memenjarakannya, tetapi tidak akan mampu meredam semangatnya dalam amar ma’ruf nahi munkar. Tidak hanya bil lisan. Dakwahnya pun tergurat dalam banyak tulisan. Ulama kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini memang menyukai dunia pustaka sejak masih anak-anak. Tidak cuma rajin membaca, dirinya pun konsisten menghasilkan banyak karya. Habib Salim menulis kitab-kitab tentang berbagai disiplin ilmu, khususnya hadis dan sejarah. Dalam sebuah seminar daring baru-baru ini, filolog A Ginandjar Sya’ban mengatakan, sang habib merupakan penulis lebih dari 150 buku di sepanjang hayatnya. Sebagian besar karyanya masih dapat dijumpai hingga kini di beberapa perpustakaan, semisal Maktabah Kanzul Hikmah yang diinisiasi Majelis Hikmah Alawiyah Mahya di Jakarta Selatan. Sang habib merupakan penulis lebih dari 150 buku di sepanjang hayatnya. Salah satu karyanya ialah Raudhah al-Wildan. Isinya menghimpun biografi ulama-ulama Nusantara dengan begitu komprehensif. Menurut Ginandjar, Habib Salim menulis dengan penuh kesadaran sebagai orang Indonesia. Buktinya, pada setiap sampul buku-buku karyanya selalu tergurat nama lengkapnya yang ditambahi dengan gelar “al-Indunisi” atau “al-Jawi.” Ginandjar menambahkan, ulama yang lama berdakwah di Jakarta itu merupakan seorang ahli hadis, bahkan yang terbesar pada masanya. Ia memiliki lebih banyak periwayatan hadis dibanding ulama-ulama lain yang sezaman dengannya di Tanah Air. Salah satu karyanya, As Sami fi Mu’jam Al Asami menguraikan para musnid pada masanya. Termasuk di dalamnya, sejumlah ulama Hadramaut, para dosen Universitas al-Azhar, serta kalangan alim Jawi yang mengajar di Masjidil Haram. Keseluruhan kitab ini mencapai 37 jilid. Dalam bidang ilmu sejarah, sebuah karyanya berjudul Mu’jam al-Awadim fii al-Ansaab wa at-Taraajim. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut, karya ini mencapai tebal halaman. Kesemuanya ditulis dengan tulisan tangannya. Sayang sekali, kitab yang monumental ini hilang dan tidak diketahui keberadaannya hingga kini.
makam habib salim bin jindan